BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam
dinegara kita yang bermanfaat secara ekonomi salah satunya yaitu penghasil
devisa. Hutan mampu memberikan mamfaat yang besar dan beraneka ragam bagi
makhluk hidup. Karena hutan memiliki mamfaat sedemikian besarnya, maka manusia
perlu mengelola hutan agar dapat memberikan mamfaat yang semaksimal mungkin
tanpa mengabaikan kelestariannya.
Menurut Bruenig (1996) , Hutan adalah suatu
bidang lahan yang tertutupi oleh pohon-pohon yang dapat membentuk keadaan iklim
tegakan (iklim mikro di dalam hutan), termasuk bagian bidang lahan bekas
tebangan melalui tebang habis, di dalam wilayah hutan tetap pada tanah negara
atau tanah milik, yang setelah pemanenan (penebangan) terhadap tegakan hutan
yang terdahulu, dilakukan pembuatan dan pemeliharaan permudaan alam atau
penghutanan kembali.
PWH
adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu,
pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja,
dan komunikasi antar pusat kegiatan. PWH diwujudkan oleh penyediaan jaringan
angkutan, barak kerja, dan penimbunan kayu. Jalan hutan adalah jalan angkutan
yang diperlukan untuk mengangkut kayu/ hasil hutan ke tempat pengumpulan hasil
hutan (TPn/ TPK) atau ke tempat pengolahan hasil hutan. Jalan induk adalah
jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pengusahaan hutan selama
jangka waktu pengusahaan hutan (Dephut 1993).
PWH
adalah kegiatan kehutanan yang menyediakan prasarana/ infrastruktur (jaringan
jalan, log pond,base camp induk dan base camp cabang, base camp pembinaan
hutan, tempat penimbunan kayu/ TPK, tempat pengumpulan kayu/ TPn, jembatan dan
gorong-gorong, dan menara pengawas) dalam melancarkan kegiatan pengelolaan
hutan. Pada Pengelolaan hutan lestari, prasarana PWH yang dibangun harus
bersifat permanen karena peranan PWH dalam pengelolaan hutan lestari adalah
harus dapat melayani kebutuhan pengelolaan hutan masa kini dan masa yang akan
datang. Ciri-ciri PWH yang merupakan persyaratan untuk mewujudkan pengelolaan
hutan yang lestari dapat dilihat dari desainnya yang memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Keselamatan kerja karyawan dan umum.
2. Sesuai dengan bentang alam.
3. Mengakomodasi 50-100 tahun banjir.
4. Menghindari kerusakan kawasan lindung dan gangguan terhadap flora dan
fauna langka atau yang dilindungi.
5. Bahaya erosi.
6. Pengembangan akses masyarakat setempat.
Tujuan PWH adalah untuk memudahkan masyarakat untuk mengambil sumber daya
hutan secara optimal atau dapat dikatakan untuk mempermudah pengelolaan hutan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan
kayu dan kegunaan hutan yang tidak dapat diraba secara aman dan murah dengan
memperhatikan kualitas lingkungan, sedangkan sasarannya adalah untuk dapat
dicapai dengan jalan memberikan pelayanan untuk pengangkutan karyawan keseluruh
kawasan hutan ketempat yang aman untuk mengadakan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan, perlindungan, dan perawatan hutan, pemungutan hasil hutan dan
pengangkutan peralatan.
Dalam
pembuatan jalan hutan diusahakan jalan tersebut dapat menghubungkan satu tempat
dengan tempat yang lain dengan jarak sesingkat mungkin, sehingga jalan tersebut
mampu memberikan kelancaran dalam proses PWH. Akan tetapi kenyataan dilapangan
merupakan pekerjaan yang sangat sulit dikerjakan, hal ini dikarenakan banyaknya
rintangan dilapangan serta keadaan topografi yang sedemikian rupa sehingga
dalam perencanaan pembuatan jalan hutan haruslah sesuai dengan keadaan
dilapangan.
Dalam hal
pembuatan jalan dilapangan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara
lain :
a. Faktor metode
eksploitasi hasil hutan.
b. Bentuk
topografi dilapangan.
c. Iklim dan
cuaca dalam wilayah tersebut.
d. Jenis tanah
serta kondisi tanah dilapangan.
e. Jumlah dan
kemampuan kendaraan yang direncanakan untuk pengangkutan.
f. Keadaan
sosial ekonomi masyarakat disekitar kawasan hutan.
Selain faktor
tersebut, yang paling penting untuk diperhatikan adalah ketersediaan biaya
untuk pembuatan jalan tersebut yang nantinya juga berpengaruh terhadap
penentuan kelas jalan yang dibuat.
B. Tujuan
Ada beberapa
tujuan yang dapat dicapai dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :
1.
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan membaca peta kontur.
2.
Memberi latihan cara mengklasifikasikan wilayah hutan
berdasarkan tingkat kemiringan lereng.
3.
Memberi latihan dalam merencanakan jaringan jalan
hutan.
4.
Mengetahui cara memilih alternative pembukaan wilayah
hutan yang optimal.
5.
Memberikan latihan menghitung volume dan biaya galian
serta timbunan sesuai dengan aligment yang telah direncanakan.
6.
mampu menghitung biaya pembuatan jaringan jalan hutan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
jaringan jalan
Didalam
perencnaan jalan hutan dikenal istilah kerapatan jalan (Roat Density) yaitu
jumlah panjang jalan rata-rata persatuan luas (m/ha).
Menurut Djoko
Asmoro (1990), Jaringan jalan merupakan satu kesatuan sistem terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hirarki.
Menurut Soeparto
dan Mardikanto (1985), jalan hutan adalah
suatu bentuk jaringan jalan didalam hutan yang terdiri dari kumpulan
potongan-potongan jalan yang bersambung satu sama lain dan merupakan satu
kesatuan guna melayani kebutuhan pengangkutan. Pada daerah datar umumnya
jaringan jalan merupakan kumpulan-kumpulan jalan-jalan lurus dengan sedikit
belokan, situasi ini memungkinkan angkutan yang cepat dan pendek. Tetapi
kenyataan dilapangan tidak selalu berbentuk lurus karena bentuk topografi hutan
yang tidak rata sehingga menyebabkan jaringan jalan yang dibuat terpaksa
memiliki banyak belokan , sehingga jalan yang dibuat menjadi panjang dan tidak
sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
B . Penampang
Memanjang Jalan
Tinggi
permukaan tanah yang telah dilalui oleh as jalan tidak selalu sama dengan
tinggi permukaan tanah asli, karena itu untuk mendapatkan tinggi muka tanah
sebagai as jalan perlu dibuat pendakian-pendakian yang lebih lembut. Untuk
itulah perlu dibuat garis perataan yang merupakan badan jalan dimana as jalan
nantinya akan melalui garis perataan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
pendakian-pendakian yang didapat dipenampang memanjang dapat diminimalisir.
Dengan adanya
garis perataan maka pada penampang memanjang akan terlihat adanya galian dan
timbunan yang merupakan selisih antara tinggi tanah asli dengan perataan as
jalan yang bearti permukaan garis perataan. Jika permukaan tanah asli lebih
tinggi dari garis perataan maka akan terdapat galian, dan sebaliknya jika
permukaan tanah asli lebih rendahdari garis perataan maka akan dilakukan
penimbunan tanah pada as jalan.
C. Penampang
Melintang Jalan
Penampang
melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang
memperlihatkan bagian –bagian jalan.Penampang melintang jalan yang akan
digunakan harus sesuai dengan klasifikasi jalan serta kebutuhan lalu lintas
yang bersangkutan,demikian pula lebar badan jalan, drainase dan kebebasan pada
jalan raya semua harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Agar dapat
diperoleh perkiraan berapa besar volume pekerjaan tanah (dalam menduga besarnya
volume tanah yang akan digali dan ditimbun), maka perlu dibuat penampang
melintang jalan. Pekerjaan ini erat hubungannya dengan pekerjaan sebelumnya.
Pada
penampang melintang jalan dapat dilihat penampang memanjang permukaan tanah
asal yang akan dilewati dan garis perataan yang hendak digunakan sebagai as
jalan. Atas dasar penampang memenjang jalan, kita bisa membuat penampang
melintang tanah asal dan penampang melintang jalan.
Bagian-bagian
jalan yang dapat dilihat pada penampang melitang jalan antara lain :
Selokan (talud)
yang terletak dikanan dan kiri jalan.
Bahu jalan /
jalur lunak (Berm) yang berdampingan dengan selokan.
Jalur jalan yang
dilewati kendaraan (badan jalan)
Penampang melintang
tanah asal
Dengan gambaran
bagian-bagian jalan pada penampang melintang tanah asal maka akan terlihat
besarnya galian dan timbunan yang akan dikerjakan suatu titik profil.
Gambar I
Badan jalan Berm Selokan
Penampang melintang jalan dan
bagian-bagiannya
Apabila
digabungkan antara penampang melintang tanah dan penampang melintang jalan maka
akan terlihat bentuk penampang melintang galian dan timbunan. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
b a c
Galian dan timbunan pada penampang melintang tanah
Keterangan : a.
Penampang melintang tanah
b. Timbunan
c. Galian
d. Selokan
D. Daftar
Pekerjaan Tanah
Untuk
dapat menduga secara keseluruhan besarnya galian dan timbunan pada pekerjaan
pembuatan trace jalan ini maka perlu dibuat daftar pekerjaan tanah. Untuk
mengisi daftar ini perlu dilakukan perhitungan terhadap luas galian dan
timbunan yang ada pada setiap titik profil berdasarkan penampang melintang
yaitu dengan membagi daerah tersebut menjadi beberapa bagian yang dapat
berbentuk segi tiga siku-siku, bujur sangkar, persegi panjang da lainnya agar
perhitungan dapat lebih mudah dan teliti. Pengunaan planimeter dapat digunakan
untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat.
Luas
galian dantimbunan dari masing-masing titik profil dihitung dalam satuan
millimeter. Untuk mendapatkan luas galian dan timbunan yang sebenarnya
dilapangan, maka luas galian galian dan timbunan yang terdapat pada kertas
grafik harus dibagi dengan 25 mm2 dan kemudian dikalikan denagan 1
mm, karena skala yang digunakan pada penampang melintang adalah 1: 200.
Setelah memperoleh luas galian dan
timbunan, maka volumenya dapat dihitung dengan menggunakan prinsif seperti
menghitung volume limas terpancang, yaitu dengan rumus :Luas bidang atas +
Luas bidang tanah x jarak antara
kedua bidang
2
atau sama dengan
: “rata-rata bidang atas dan bidang bawah
dikali jarak kedua bidang”.
Sesuai dengan
prinsif tersebut maka perlu kita cari terlebih dahulu luas masing-masing bidang
galian dan timbunan pada tiap-tiap titik profil. Setelah itu, barulah dicari
rata-rata bidang galian / timbunan antara dua titik profil yang berdekatan.
Selanjutnya dikalikan rata-rata bidang galian atau timbunan dengan jarak antara
titik profil yang berdekatan. Setelah itu menjumlahkan volume galian atau
timbunan sehingga dihasilkan taksiran kasar volume galian atau timbunan pada
jalan yang akan dibuat.
Perencanaan Trace
Sebelum
membuat jaringan jalan hutan, dilakukan terlebih dahulu pemilihan trace jalan
hutan yang akan dibuat untuk mendapatkan jaringan jalan angkutan yang dapat
mengeluarkan hasil hutan dengan cepat dan lancar.selain itu, jaringan jalan
yang dibuat hendaknya cukup aman dan tidak memakan biaya yang besar.
Pembuatan trace
jalan dilakukan secara bertahap, mulai dari persiapan sampai dengan pengukuran
trace tetap (Soeripto dan Mardikanto, 1985).
1. Persiapan
Untuk
merencanakan jaringan jalan hutan yang baik diperlukan peta-peta dan informasi
lain yang berhubungan dengan wilayah yang akan dibuka. Informasi tersebut
diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan jalan hutan. Peta-peta
yang digunakan sebagai sumber informasi antara lain peta topografi, peta hutan,
peta kadaster, peta pengairan, peta penafsiran potret udara, peta geologi dan
peta tanah.
Dalam
perencanaan jalan angkutan hasil hutan, peta topografi dan peta hutan sangat
diperlukan karena dari peta tersebut dapat digambarkan beberapa trace yang
mungkin akan dibuat dilapangan. Dalam hal ini kita perlu membuat beberapa
alternatif untuk menjaga jika terjadi kegagalan dalam pelaksanaan sehingga
dapat dengan mudah mencari trace yang baru.
Dalam pembuatan
trace, bentuk trace yang lurus adalah bentuk yang terbaik karena memiliki jarak
angkut yang pendek. Penyimpangan dari bentuk trace yang lurus hanya
diperbolehkan jika :
Untuk
menghindari tanjakan yang melampaui batas maksimum kendaraan.
Untuk
menghindari keadaan yang luar biasa seperti tanah longsor, tanah yang tidak
stabil dll.
Untuk
menghindari kemungkinan pembuatan bangunan-bangunan yang sangat besar dan
mahal.
Untuk keperluan
pembukaan sekunder wilayah hutan.
Berdasarkan
keadaan-keadaan diatas, maka trace yang akan dibuat nantinya terdiri dari
garis-garis lurus dan bagian-bagian busur lingkaran.
Jika didapatkan
suatu trace yang lurus dengan jarak tempuh yang panjang dimana secara teknis
dan ekonomis tidak memerlukan tikungan, maka perlu dibuat tikungan-tikungan
kejut bila terasa adanya tanjakan atau turunan ditempat tersebut agar
sipengemudi tidak terlena atau mengantuk karena jalan yang monoton.
2. Penyelidikan
Lapangan
Penyelidikan
lapangan yang dilakukan adalah secara kasar, yang bertujuan untuk mengenal
bentuk sebenarnya dilapangan. Penyelidikan dilakukan dari tempat-tempat yang
agak tinggi supaya didapat pandangan yang luas atas seluruh lapangan.
Titik-titik yang ada di dalam peta dan dapat dicapai dilapangan harus
dipelajari dengan seksama untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan
timbul.
3. Pengukuran
Trace Sementara
Setelah
membuat trace sementara dilapangan, maka akan dilakukan pengukuran trace
sementara dan digambarkan dipeta, sehingga letak trace sementara terhadap
kelompok hutan yang akan dibuka dan jalan-jalan lain yang telah dibuat dapat
dipelajari lebih lanjut.
4. Penetapan
Trace
Setelah
tahap diatas selesai, maka kita perlu menetapkan trace secara definitif.
Pekerjaan ini mencakup pemasangan petak-petak sumbu berukuran 50 x 8 x 8 cm
dengan jarak 20 m antara satu dengan yang lainnya pada jalan yang lurus dan 50
m atau 10 m untuk belokan.
5. Pengukuran
Trace Tetap
Pengukuran
trace secara definitif dilengkapi dengan pengukuran aliran-aliran sungai yang
dipotong oleh trace diukur dandipelajari dan dibuat dilapangan, barulah
melakukan pengukuran trace tetap yang tujuannya untuk mendapatkan bahan untuk
membuat gambar situasi, gambar denah, penampang melintang dan membujur dari
trace jalan.
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat dan
Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan untuk mendukung kegiatan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Peta kontur
(Skala 1: 2000 dengan interval kontur 1 m )
b. Pengaris
c. Pensil
d. Penghapus
e. Busur derajat
f. Jangka
g. Pulpen
h. Kalkulator
i. Kertas grafik
(Millimeter Block)
B. Metode
Kerja
Suatu
peta topografi yang disediakan kita memperhitungkan atau pembuatan trace jalan,
pembuatan penanpang memanjang jalan , pembuatan penanpang melintang jalan , dan
daftar pekerjaan tanah dan analisa biaya.
BAB
IV
ANALISA
DATA
A. Pembuatan Trace
a. Menghubungkan titik A dan titik B pada peta
kontur, dengan ketentuan :- tanjakan maksimum ( daerah datar 5 %, daerah
pegunungan sedang 6 – 7 %, daerah pegunungan berat 8 -10 %, dan belokan
5 %)
- jari-jari
belokan maksimum adalah 50 m
- jarak antar
titik profil pada tempat yang lurus maksimum 100 m, sedangkan pada belokan diletakkan tiga titik profil
masing-masin pada awal, tenggah dan
akhir.
b. Meletakkan titik-titik profil sepanjang trace
yang menghubungkan titik A dengan titik B dan diberi nomor urut mulai dari A –
1 – 2 – 3 …. – B.
c.Membuat daftar
pembantu pada saat permulaan menggambarkan trace pada peta agar dapat mengikuti
ketentuan yang diberikan.
d. Membuat garis-garis patah pada permulaan
menggambarkan trace dari titik A ke titik B, kemudian menghubungkannya dengan
busur lingkaran sebagai belokan jalan.
e.membuat
beberapa trace rencana agar dapat diadakan pilihan lain jika tarce tidak
memenuhi syarat.
B. Pembuatan Penampang Memanjang
a.Menggambarkan
penampang memanjang pada kertas garfik agar didapat gambaran yang teliti
b. Membuat
gambar penampang memanjang berdasarkan pekerjaan pembuatan trace. Penggambaran
arah vertikal dengan skala 1 : 200 untuk ketinggian dan penggambaran arah
horizontal dengan skala 1 : 2000 untuk arah mendatar.
c.Membuat garis
perataan untuk mendapatkan tinggi permukaan tanah sebagai as jalan dengan
pendakian-pandakian yang lembut.
d. mengisi tabel
yang terletak dibawah penampang memanjang yaitu sebagai berikut :
1. Nomor titik
profil
Pemberian
nomor titik profil dimulai dari titik A dan diteruskan nomor 1, 2,….berurutan
sampai di titik B.
Jarak antar
titik profil
Jarak antar
titik profil disesuaikan dengan skala horizontal yaitu 1 : 2000 dengan
mengambil data dari pekerjaan pembuatan trace.
2. Jarak langsung
Jarak
langsung adalah penjumlahan antara jarak profil dari titik A sampai titik
tertentu hingga titik B. perhitungan jarak langsung ini bertujuan untuk
mengetahui berapa jarak titik profil tertentu dengan titik awal pembuatan
trace.
3. Tinggi tanah
di as jalan
Tinggi
tanah di as jalan merupakan tingginya titik profil dilapangan sebelum sebelum
ditarik garis perataan, untuk mengisinya maka perlu dilihat kembali pekerjaan
pembuatan trace.
4. Tinggi as
jalan
Tinggi
as jalan merupakan ketinggian yang sebenarnya dari permukaan badan jalan yang
akan dibangun, ini dapat dilihat setelah ditarik garis perataan. Umtuk suatu
garis perataan biasanya pelandaian diperkecil atau diperkecil.
5. Perbedaan
galian dan timbunan
Dengan
memperhatikan posisi penanpang memanjang tanah dan garis perataan pada titik
profil maka akan dilihat besarnya galian atau timbunan. Jika garis perataan
terletak dibawah garis penampang memanjang tanah maka akan terdapat galian dan
jika garis penampang memanjang terletak diatas garis penampang memanjang tanah
maka akan terdapat timbunan.
6.
Pelandaian dan helling mula-mula
Persentase perbandingan antara selisih tinggi tanah di as jalan dari dua
titik profil yang berurutan dengan jarak antara kedua titik profil tersebut.
7.
Pelandaian garis perataan
Perbandingan
persentase antara selisih tinggi as jalan dari dua titik profil yang berurutan
dengan jarak antar kedua titik profil tersebut.
8.
Jalan lurus atau belokan
Pada
garis ini hanya diperhatikan suatu kode gambar untuk melihat dimana terdapat
jalan lurus atau belokan, serta berapa besarnya jari-jari belokan dan sudut
belokan.
C. Pembuatan
Penampang Melintang
a. Menggambarkan penampang melintang diatas
kertas grafik agar lebih mudah dan teliti, dengan memperhatikan gambar trace
yang telah dibuat pada peta situasi dan gambar penampang melintang.
b. Membuat
bidang melintang trace pada peta situasi dimana bidang ini akan tergambarkan
sebagai garis lurus yang memotong tegak lurus trace.
c. menentukan terlebih dahulu titik-titik tinggi
tanah pada as jalan dan tinggi as jalan pada tempat dimana dimana dibuat
penampang melintang yaitu pada kertas dengan skala 1: 200.
d. membuat garis
tinggi yang mencakup penampang melintang tanah dan jalan dimana titik-titik
tinggi tanah pada as jalan dan as jalan telah diletakkan.
e. memindahkan
potongan garis tegak lurus trace dengan setiap garis kontur yang berdekatan
dengan titik profil dengan cara memplotkan setiap titik potong tadi pada tempat
penggambaran penampang melintang sehingga didapat penampang melintang tanah.
f. membuat
penampang melintang badan jalan dengan ketentuan :
- lebar badan
jalan 5 m ( 2,5 cm pada kertas grafik ).
- lebar berm
kiri kanan jalan masing-masing 1,5 m
- lebar selokan
atau talud 1 m dan dalamnya 0,5 m
- kemiringan
talud 1 : 1 dengan sudut 450
D. Pembuatan
Daftar Pekerjaan Tanah
a. Menghitung
luas masing-masing bidang galian dan timbunan pada setiap titik profil
berdasarkan gambar penampang melintang.
b. Mengkonversikan
nilai luas bidang galian dan timbunan yang terdapat pada m2 ( luas
sebenarnya dilapangan ), yaitu dengan membagi 25 mm2 dan kemudian
dikalikan 1 m2.
c. Menghitung
rata-rata dari luas bidang galian dan timbunan antara dua titik profil yamg
brdekatan.
d. Menghitung volume galian dan timbunan dengan
mengalikan antar jarak dua titik profil yang berdekatan dengan luas rata-rata
bidang galian dan timbunan dari kedua titik profil yang berdekatan tersebut.
e. Menjumlahkan
secara keseluruhan volume galian dan timbunan, sehingga didapat volume
totalnya.
Analisa biaya
Setelah seluruh
tahap perencanaan pekerjaan diatas selesai, maka dapat dibuat rancangan biaya
yang dibutuhkan untuk kegiatan pembuatan jalan tersebut.
Dalam praktikum
ini, biaya yang diterapkan adalah :
a. Untuk biaya galian sebesar Rp. 85.000,-/ m2.
b. Untuk biaya timbunan sebesar Rp. 75.000,-/ m2.
Dari taksiran
volume galian dan timbunan dapat diketahui seberapa besar biaya yang dibutuhkan
pada kegiatan pembuatan trace jalan hutan.
BAB V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
A. Pembuatan
trace
Pembuatan
trace jalan dari titik profil A ke titik profil B yang dibuat pada peta kontur
berskala 1 : 2000 diperoleh dari hasil data sebagai berikut :
Tabel 1
Tinggi titik
profil
Nama profil
|
Tinggi titik
profil ( m dpl )
|
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
B
|
513
514
513
514
515
514
513
514
515
515
514
513
513
512
513
515
519
517
518
|
Tabel 2
Jarak antar
titik profil
Nama profil
|
Jarak antar
titik profil ( m )
|
A - 1
1 - 2
2 - 3
3 - 4
4 - 5
5 - 6
6 - 7
7 - 8
8 - 9
9 - 10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-B
|
60
90
44
22
20
20
30
30
50
46
39,25
39,25
18
30
40
20
10
10
|
Pada tahap
pembuatan trace dilakukan perhitungan helling atau tanjakan akan masing-masing
titik profil. Pada pembuatan trace ini terdapat 19 titik termasuk titik profil A dan titik
profil B. persamaan yang digunakan untuk menentukan helling adalah sebagai
berikut :
H = Bt x 100 %
J
Keterangan :
H : Helling
Bt : Beda tinggi
J : Jarak
Sedangkan untuk
belokan panjang busur J ( jarak antar titik profil pada belokan )
J = α x 2
x π x R
360
Dimana :
J : jarak antar profil
R : jari – jari
α : besarnya sudut pada profil tikungan.
Perhitungan
helling :
Titik profil A –
1 : Bt = 513– 514 = 1 m
J = 60
m
H =1 x 100 %
60
= 1,7%
Titik profil 1 –
2 : Bt = 514 – 513 = 1 m
J =
90 m
H =1 x 100 %
90
= 1,1 %
Titik profil 2 –
3 : Bt = 513 – 514 = 1 m
J =
44 m
H =1 x 100 %
44
= 2,2%
Titik profil 3 –
4 : Bt = 514 – 515 = 1 m
J =
22 m
H =1 x 100 %
22
= 4,5 %
Titik profil 4 –
5 : Bt = 515 – 514 = 1m
J
= 20 m
H = 1x 100 %
20
= 5 %
Titik profil 5 –
6 : Bt = 514– 513 = 1 m
J
= 20 m
H =
1 x 100 %
20
= 5 %
Titik profil 6 –
7 : Bt = 513 – 514 = 1 m
J =
30 m
H =
1 x 100%
30
= 3,3 %
Titik profil 7 –
8 : Bt = 514 – 515 = 1 m
J =
30 m
H =1 x 100 %
30
= 3,3 %
Titik profil 8 –
9 : Bt =
515 – 515= 0 m
J =
50 m
H =0x 100 %
50
= 0 %
Titik profil 9 – 10 : Bt= 515 – 514= 1 m
J =
46 m
H =1x 100 %
46
= 2,17 %
Titik profil 10 – 11 :
Bt= 514 – 513= 1 m
J =
39,25 m
H =1x 100 %
39,25
= 2,54%
Titik profil 11 – 12 :
Bt= 513 – 513= 0 m
J =
39,25 m
H =0x 100 %
39,25
= 0 %
Titik profil 12 – 13 :
Bt= 513 – 512= 1 m
J =
18 m
H =1x 100 %
18
= 5,5%
Titik profil 13 – 14 :
Bt= 512 – 513= 1 m
J =
30 m
H =1x 100 %
30
= 3,3 %
Titik profil 14 – 15 :
Bt= 513 – 515= 2 m
J =
40 m
H =2x 100 %
40
= 5 %
Titik profil 15 – 16 :
Bt= 515 – 519= 4 m
J =
20 m
H =4x 100 %
20
= 20%
Titik profil 16 – 17 :
Bt= 519 – 517= 2 m
J =
10 m
H =2x 100 %
10
= 20%
Titik profil 17 – B :
Bt= 517 – 518= 1 m
J =
10 m
H =1x 100 %
10
= 10 %
Tabel 3
Daftar pembantu
pembuatan tarce
Nama
Profil
|
Jarak antar
Profil (m)
|
Beda
Tinggi (m)
|
Helling
( % )
|
Lurus/ belokan
|
Keterangan
|
|
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
60
90
44
22
20
20
30
30
50
46
|
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
|
1,7
1,1
2,2
4,5
5
5
3,3
3,3
0
2,17
|
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
|
||
10
11
12
13
14
15
16
17
B
|
39,25
39,25
18
30
40
20
10
10
|
1
0
1
1
2
4
2
1
|
2,54
0
5,5
3,3
5
20
20
10
|
Belokan
Belokan
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
|
α = 45°
α = 45°
|
|
B. Pembuatan Penampang melintang
1.
Nomor titik profil
Nomor titik profil disini adalah
titik-titik pad trace yang dimulai dari
A – 1 – 2 ….. – B. semua titik
tersebut telah memiliki ketinggian dari permukaan laut yang berbeda-beda.
2. Jarak Antar Titik Profil ( m)
Nama profil
|
Jarak antar titik
profil ( m )
|
A - 1
1 - 2
2 - 3
3 - 4
4 - 5
5 - 6
6 - 7
7 - 8
8 - 9
9 - 10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-B
|
60
90
44
22
20
20
30
30
50
46
39,25
39,25
18
30
40
20
10
10
|
3. Jarak Langsung
Nama profil
|
Jarak langsung
antar titik profil ( m )
|
A – 1
1 – 2
2 – 3
3 – 4
4 – 5
5 – 6
6 – 7
7 – 8
8 – 9
9 –10
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-B
|
60
150
194
216
236
256
286
316
366
412
451,25
490,5
508,5
538,5
578,5
598,5
608,5
618,5
|
4. Tinggi As Jalan
Tinggi as jalan adalah tinggi
sebenarnya dari permukaan badan jalan yang akan dibangun. Tinggi as jalan
dilihat setelah menarik garis perataan.
Tabel 4
Tinggi as jalan
Nama profil
|
Tinggi titik profil ( m dpl )
|
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
B
|
513
514
513
513,5
513,8
514
514,2
514,6
515
515
514
513
513
513,5
514,6
516
516,6
517
517,4
|
5. Perbedaan galian dan timbunan
Perbedaan galian
dan timbunan dapat dicari pada penampang memanjang dengan melihat garis tinggi
tanah diatas as jalan dan garis perataannya.
6. Helling mula-mula
Heling mula-mula
dapat dilihat pada tabel data pembuatan trace atau tabel daftar pembantu
pekerjaan tanah
7.Helling garis
perataan
Helling garis
perataan merupakan persentase perbandingan antara beda tinggi as jalan dari dua
titik profil yang berdekatan dengan jarak antara kedua titik profil tersebut.
Adapun rumus
yang digunakan sebagai berikut :
H = Bt x 100 %
J
Keterangan :
H : Helling
Bt : Beda tinggi
J : Jarak
Titik profil A –
1 : Bt = 513– 514 = 1 m
J
= 60 m
H =1 x 100 %
60
= 1,7%
Titik profil 1 –
2 : Bt = 514 – 513 = 1 m
J =
90 m
H =1 x 100 %
90
= 1,1 %
Titik profil 2 –
3 : Bt = 513 – 513,5 = 0,5 m
J =
44 m
H =0,5 x 100 %
44
= 1,13%
Titik profil 3 –
4 : Bt = 513,5 – 513,8 = 0,3 m
J =
22 m
H =0,3 x 100 %
22
= 1,36 %
Titik profil 4 –
5 : Bt = 513,8 – 514 = 0,2 m
J
= 20 m
= 0,2x 100 %
20
= 1 %
Titik profil 5 –
6 : Bt = 514– 514,2 = 0,2 m
J
= 20 m
H =
0,2x 100 %
20
= 1 %
Titik profil 6 –
7 : Bt = 514,2 – 514,6 = 0,4 m
J =
30 m
H =
0,4 x 100%
30
= 1,3 %
Titik profil 7 –
8 : Bt = 514,6 – 515 = 0,4 m
J =
30 m
H =0,4 x 100 %
30
= 1,3 %
Titik profil 8 –
9 : Bt =
515 – 515 = 0 m
J =
50 m
H =0x 100 %
50
= 0 %
Titik profil 9 – 10 : Bt= 515 – 514= 1 m
J =
46 m
H =1x 100 %
46
= 2,7 %
Titik profil 10 – 11 :
Bt= 514 – 513 = 1
m
J =
39,25 m
H =1x
100 %
39,25
= 2,5%
Titik profil 11 – 12 :
Bt= 513 – 513 = 0 m
J =
39,25 m
H = 0 x
100 %
39,25
= 0 %
Titik profil 12 – 13 :
Bt= 513 – 513,5 = 0,5 m
J =
18 m
H =0,5x
100 %
18
= 2,7 %
Titik profil 13 – 14 :
Bt= 513,5 – 514,6 = 1,1 m
J =
30 m
H =1,1x
100 %
30
= 3,6 %
Titik profil 14 – 15 :
Bt= 514,6 – 516 = 1,4 m
J =
40 m
H = 1,4 x
100 %
40
= 3,5 %
Titik profil 15 – 16 :
Bt= 516 – 516,6 = 0,6 m
J =
20 m
H = 0,6 x
100 %
20
= 3 %
Titik profil 16 – 17 :
Bt= 516,6 – 517 = 0,4 m
J =
10 m
H =0,4x
100 %
10
= 4 %
Titik profil 17 – B :
Bt= 517 – 517,4 = 0,4 m
J =
10 m
H =
0,4 x 100 %
10
= 4 %
Tabel 5
Helling garis
perataan
Nomor profil
|
Jarak antar
profil
( m )
|
Beda tinggi
( m )
|
Helling
( % )
|
A – 1
1 – 2
2 – 3
3 – 4
4 – 5
5 – 6
6 – 7
7 – 8
8 – 9
9 – 10
10 – 11
11 – 12
12 – 13
13 – 14
14 – 15
15 – 16
16 – 17
17 – B
|
60
90
44
22
20
20
30
30
50
46
39,25
39,25
18
30
40
20
10
10
|
1
1
0,5
0,3
0,2
0,2
0,4
0,4
0
1
1
0
0,5
1,1
1,4
0,6
0,4
0,4
|
1,7
1,1
1,13
1,36
1
1
1,3
1,3
0
2,17
2,5
0
2,7
3,6
3,5
3
4
4
|
8.jalan lurus /
belokan
Nomor profil
|
Keterangan
|
A – 1
1 – 2
2 – 3
3 – 4
4 – 5
5 – 6
6 – 7
7 – 8
8 – 9
9 – 10
10 – 11
11 – 12
12 – 13
13 – 14
14 – 15
15 – 16
17 – B
|
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Belokan
Belokan
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
Lurus
|
C. Pembuatan
Penampang Melintang
Pengukuran
dilakukan pada setiap titik profil pada peta kontur secara tegak lurus dengan
skala pembuatan kontur 1 : 2000. Dari data-data yang yang telah ada maka dapat
langsung dilukiskan gambar penampang melintang sesuai dengan angka-angka yang
diperoleh pada perhitungan-perhitungan yang dilakukan.
D. Pembuatan
Daftar Pekerjaan Tanah
Daftar
pekerjaan tanah dapat dilakukan dengan menghitung luas galian dan timbunan pada
masing-masing titik profil dengan melihat penampang melintang jalan.
Setelah luas
untuk masing-masing titil profil diperoleh, maka untuk mencari volume antara
dua titik profil yang berdekatan adalah dengan mencari luas rata-ratanya dan
dikalikan dengan jarak antar titik profil tersebut.
Karena skala
penampang melintang yang digunakan adalah 1 : 200 maka luas 25 mm2 atau
0,25 cm2 digambar adalah sama dengan luas 1 m dilapangan atau dalam
satuan cm2 yaitu 1 cm2 pada grafik sama dengan 4 m2
di lapangan.
Perhitungan
luas galian dan timbunan pada masing-masing titik profil adalah sebagai berikut
:
Luas segitiga (jika sama kaki) = ½ x alas x
tinggi
Luas segitiga (jika sembarang) =
S= ½ x keliling = a+b+c/2
Luas trpesium =
½ x jumlah sisi sejajar x tinggi
Luas persegi
panjang = panjang x lebar
Luas bujur
sangkar = sisi x sisi
Luas selokan
/talud = ½ x 1,25 m x 1,25 m = 1, 5625 m2
PENAMPANG
MELINTANG
profil A
Gambar 1.
Penampang melintang profil A
Galian
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
.
L1
|
L2
|
Gambar Penampang
melintang profil 1
Galian :
L1r =
= 30 mm2
Talud 1 = ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
0,78 mm2
|
||
Total
galian
|
=
|
30,78mm2x1m2
25 mm2
|
||
=
|
1,2312 m2
|
|||
Timbunan :
L2 r =
= 47,77 mm2
Total timbunan =
47,77mm2x 1m2
25mm2
= 1,9108 m2
Profil 2
Gambar 3 .
Penampang melintang profil 2
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil 3
L1
|
L1
|
L2
|
Gambar 4 .
Penampang melintang profil 3
.
Luas galian
L1¨ = 40 x 3
|
=
|
=120 mm2
|
||
L1 r = ½ x 2 x 3
|
=
|
3 mm2
|
||
L2 r = ½ x 1,25 x 3
|
=
|
3 mm2
|
||
Talud = 2 x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625
mm2 +
|
||
Total galian
|
=
=
|
127,56
mm2
127,56 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
||
=
|
5,1025 m2
|
|||
Profil 4
L1
|
L2
|
Gambar 5 .
Penampang melintang profil 4
L1r = ½ x 40 x 11
|
=
|
220 mm2
|
L2r =
|
=
|
48,92 mm2
|
Talud = 2 x ( ½
x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625mm2
|
Total galian
|
=
|
270,4825 mm2
270,4825 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
10,8193 m2
|
Profil 5
L1
|
Gambar 6 .
Penampang melintang profil 5
L1r
|
=
|
225,5 mmm2
|
Talud 1 = ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
0,78mm2
|
Total
galian
|
=
|
276,75 48,55mm2x1m2
25 mm2
|
=
|
1,942m2
|
Profil 6
L2
|
L1
|
L1
|
Gambar 7 .
Penampang melintang profil 6
Luas timbunan
L3¨ = 40 x 6
|
=
|
240 mm2
|
L2r = ½ x 3 x 6
|
=
|
9 mm2
|
L3r = ½ x 3 x 6
|
=
|
9
mm2
|
Luas total
|
=
|
258 mm2
|
Total
timbunan
|
=
|
258 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
10,32 m2
|
Profil 7
L2
|
L1
|
L1
|
Gambar 8 .
Penampang melintang profil 7
Luas timbunan
L1r = ½ x 1 x 3
|
=
|
15 mm2
|
L2r = ½ x 1 x 3
|
=
|
1,5 mm2
|
L1¨ = 40 x 3
|
=
|
120 mm2
|
Luas total
|
=
|
123 mm2
|
Total
timbunan
|
=
|
123mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
4,92 m2
|
Profil 8
Gambar 9 .
Penampang melintang profil 8
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil 9
Gambar 10 .
Penampang melintang profil 9
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil 10
Gambar 11 .
Penampang melintang profil 10
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil 11
Gambar 12 . Penampang melintang profil 11
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
|
Profil 12
Gambar 13 . Penampang melintang profil 12
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil 13
L2
|
L1
|
L1
|
Gambar 14 . Penampang melintang profil 13
Luas timbunan
L1¨ = 40 x 8
|
=
|
320 mm2
|
L1r = ½ x 3 x 8
|
=
|
12 mm2
|
L2r = ½ x 3 x 8
|
=
|
12 mm2
|
Luas total
|
=
|
344 mm2
|
Total timbunan
|
=
|
344 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
13,76 m2
|
Profil 14
L1
|
L2
|
L1
|
Gambar 15. Penampang melintang profil 14
L1r = ½ x 2 x 8
|
=
|
8 mm2
|
L3r =
|
=
|
55,24 mm2
|
L1¨ = 40 x 8
|
=
|
320 mm2
|
Luas total
|
=
|
383,24 mm2
|
Total Timbunan
|
=
|
383,24 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
15,3296 m2
|
Profil 15
L1
|
L1
|
L2
|
L3
|
Gambar 16 . Penampang melintang profil 15
L2r = ½ x 2 x 5
|
=
|
5 mm2
|
L3r =
|
=
|
99,74 mm2
|
L1¨ = 10 x 5
|
=
|
50 mm2
|
L1r = ½ x 5 x 10
|
=
|
25 mm2
|
Luas total
|
=
|
179,74 mm2
|
Total Timbunan
|
=
|
179,74 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
7,1896 m2
|
Profil 16
L3
|
L2
|
L1
|
L2
|
L1
|
Gambar 17 . Penampang melintang profil 16
L1r = ½ x 20 x 5
|
=
|
50 mm2
|
L2r = ½ x 6 x 12
|
=
|
36mm2
|
L1¨ = 40 x 7
|
=
|
280 mm2
|
L2¨ = 10 x 5
|
=
|
50 mm2
|
L3r = ½ x4x 7
|
=
|
14 mm2
|
Talud = 2 x ( ½
x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Luas total
|
=
|
431,5625 mm2
|
Total Galian
|
=
|
431,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
17,2625 m2
|
Profil 17
Gambar 18 . Penampang melintang profil 17
Talud = 2
x ( ½ x 1,25 x 1,25)
|
=
|
1,5625 mm2
|
Total
galian
|
=
|
1,5625 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
0,0625 m2
|
Profil B
L2
|
L1
|
L1
|
Gambar 19 . Penampang melintang profil B
Luas Galian
L1¨ = 40 x 8
|
=
|
320 mm2
|
L1r = ½ x 3 x 8
|
=
|
12 mm2
|
L2r = ½ x 3 x 8
|
=
|
12 mm2
|
Luas total
|
=
|
344 mm2
|
Total
galian
|
=
|
344 mm2 x 1 m2
25 mm2
|
=
|
13,76 m2
|
DAFTAR PEKERJAAN
TANAH
Sudah selesai
perhitungan luas penampang galain maupun timbunan maka dihitunglah penampang
rata-rata dari galian dan timbunan tersebut dengan ketentuan :
·
Luas rata-rata galian :
Luas
penampang galian 1 + luas penampang galian 2
2
·
Luas rata-rata timbunan :
Luas
penampang timbunan 1 + luas penampang timbunan 2
2
·
Volume galian :
Jarak
profil X luas rata- rata penampang
galian
·
Volume timbunan
Jarak profil X
luas rata-rata penmapang timbunan
·
Biaya galian
Total
volume galian x biaya galian
·
Biaya timbunan
Total
volume timbunan x biaya timbunan
Table.
Daftar pekerjaan tanah
Nomor profil
|
Jarak antar
profil
|
Luas
penampang
(
m2 )
|
Luas
penampang rata-rata ( m2 )
|
Volume
( m2 )
|
|||
Galian
|
Timbunan
|
Galian
|
Timbunan
|
Galian
|
Timbunan
|
||
A
|
0,0625
|
-
|
|||||
60
|
0,64685
|
-
|
38,811
|
-
|
|||
1
|
1,2312
|
1,9108
|
|||||
90
|
0,64685
|
0,9554
|
58,2165
|
85,986
|
|||
2
|
0,0625
|
-
|
|||||
44
|
2,5825
|
-
|
113,63
|
-
|
|||
3
|
5,1025
|
-
|
|||||
22
|
7,9609
|
-
|
175,1398
|
-
|
|||
4
|
10,8193
|
-
|
|||||
20
|
6,38065
|
-
|
127,613
|
-
|
|||
5
|
1,942
|
-
|
|||||
20
|
0,971
|
5,16
|
19,42
|
103,2
|
|||
6
|
-
|
10,32
|
|||||
30
|
-
|
7,62
|
-
|
228,6
|
|||
7
|
-
|
4,92
|
|||||
30
|
0,03125
|
2,46
|
0,9375
|
73,8
|
|||
8
|
0,0625
|
-
|
|||||
50
|
0,0625
|
-
|
3,125
|
-
|
|||
9
|
0,0625
|
-
|
|||||
46
|
0,0625
|
-
|
2,875
|
-
|
|||
10
|
0,0625
|
-
|
|||||
39,25
|
0,0625
|
-
|
2,453125
|
-
|
|||
11
|
0,0625
|
-
|
|||||
39,25
|
0,0625
|
-
|
2,453125
|
-
|
|||
12
|
0,0625
|
-
|
|||||
18
|
0,03125
|
6,88
|
0,5625
|
123,84
|
|||
13
|
-
|
13,76
|
|||||
30
|
-
|
14,5448
|
-
|
436,344
|
|||
14
|
-
|
15,3296
|
|||||
40
|
-
|
11,2596
|
-
|
450,384
|
|||
15
|
-
|
7,1896
|
|||||
20
|
8,63125
|
3,5948
|
172,625
|
71,896
|
|||
16
|
17,2625
|
-
|
|||||
10
|
8,6625
|
-
|
86,625
|
-
|
|||
17
|
0,0625
|
-
|
|||||
10
|
6,9125
|
-
|
69,125
|
-
|
|||
B
|
13,76
|
-
|
|||||
Total
|
873,61155
|
1574,05
|
Penentuan Biaya
Untuk
mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan dalam pembuatan jalan secara
keseluruhan, harus diketahui berapa besar volume dari galian dan timbunan di
sepanjang jalan yang akan dibuat.
Besar biaya yang
diperlukan untuk galian dalam satuan m3 adalah Rp. 85.000,-. sedangkan untuk biaya penimbunan
tanah pada as jalan dalam satuan m3 sebesar Rp. 75.000,-.
Dari hasil
perhitungan pada volume galian dan timbunan yang telah dilakukan dapat
diketahui besar biaya yang diperlukan dalam pembuatan jalan hutan adalah
sebagai berikut :
Total biaya
galian = 873,61155 x Rp. 85.000,-
= Rp. 74.256.982,-
Total biaya
timbunan =
1574,05x Rp.75.000.00,-
=
Rp. 118.053.750,-
Biaya total =
Biaya Galian + Biaya Timbunan
=
Rp. 74.256.982,- + Rp. 118.053.750,-
=
Rp.192.310.732,-
PEMBAHASAN
A.
Pembuatan Trace
Dari hasil pekerjaaan dalam
pembuata trace A. Pembuatan trace diperoleh tirik profil Adan titik profil B.
Pada pembuataan trace ini terdapat satu belokan dengan panjang keseluruhan
adalah 618,5 m.
Yang harus diperhatikan dalam
pembuatan trace:
a.
jalan dibuat selurus mungkin.
b.
Belokan dibuat untuk menghindari keadaaan yang sangat
luar biasa seperti adanya banjir, jurang, kepentingan pembukaan sekunder
wilayah hutan, menhindari tanjakan maksimum, menghindari bagunan-bagunan yang
mahal.
c. heling untuk tanah datar 5 %, daerah pegunungan ringan 6 - 7 %,daeh
pegunugan berat 8 - 10%, dan belokan 5%. Pada pembuatan titik profil dalam
pratikum ini, heliiing yang diperoleh sangat beragam antara 0 % sampai % dengan
ketinggian yang beragam pula.
B. Penampang
memanjang.
Pembuatan
penampang memanjang ini dibuat berdasar ini
hasil sari pekerjaan dalam pembuatan trace pada peta kontur. Penampang
memanjang menggambarkan secara kasar
penampang memanjang tanah asli dimana akan dilalui jalan yg direncanakan,
sesuai dengan tititk profil yang dibuat pada penarikan trace dipeta kontur.
Dalam
pembuatan penamoang memanjang dibuat garis perataan yang bertujuan untuk
memperlembut yang didapat dari penampang memanjang tanah. Dengan adanya garis
peratan, titk-titik profil yang memiliki helling yang tinggi dapat diperkecil
dan helling yang rendah dapat menimalkan tingkat helling.
Dengan
adanya garis perataan juga dapat menentukan berapa besar galian dan timbunan
yang merupangkan selisih antara tinggi tanah asli dengan permukaan as jalan
(permukaan garis perataan).
C. penampang
melintang
Penampang
melintang erat hubungannya dengan pekerjaan penbuatan trace dan pembuatan penampang memanjang jalan.
Penampang memelintang dibuat dengan melihat hasil yang telah diperoleh dalm
penampang memanjang dan meliat dalam peta kontur dalam menentukan tinggi tanah
pada as jalan, sehingga dapat diperoleh besarnya galian dan timbunan.
Penampang
melintang dibuat untuk menafsir besarnya volume pekerjaan tanah yang akan
digali atau yang akan ditimbun.
D. Daftar
pekerjaan tanah
Dari
hasil pembuatanan penampang melintang dapat diketahui galian dan timbunan dari
masing-masing titik profil, jika luas telah diketahui maka untuk menghitung
volume dua titik profil yang berdekatan dengan mencari luas rata-rata dan
dikalikan dengan jarak antar profil tersebut.
Dari hasil
pekerjaan ini, diperoleh volume untuk galian sebesar 873,61155m2 dan
volume timbunan sebesar 1574,05m2.
Penentuan biaya
Apabila
luas dan timbunan telah diketahui, maka dapat dihitung besarnya biaya yang akan
diperlukan dalam pembuatan trace jalan secara keseluruhan. Biaya yang telah
ditetapkan untuk galian sebesar Rp. 85.000,-/ m2 dan untuk timbunan sebesar Rp. 75.000,-/ m2.
Besar biaya yang
diperlukan untuk galian sebesar Rp. Rp. 74.256.982,- dan untuk timbunan sebesar
Rp. Rp.118.053.750,-maka biaya yang diperlukan secara keseluruhan adalah
sebesar Rp.192.310.732,-
,-
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tahapan pembuatan jaringan jalan antara lain adalah pembuatan trace,
pembuatan penampang memanjang jalan, pembuatan penampang melintang jalan,
pembuatan daftar pekerjaan tanah, serta penentuan biaya yang diperlukan.Heling
untuk tanah datar 5 %, daerah pegunungan ringan 6 - 7 %,daerah pegunugan berat
8 - 10%, dan belokan 5%. Pada pembuatan titik profil dalam pratikum ini,
heliiing yang diperoleh sangat beragam antara 0 % sampai 4% dengan ketinggian
yang beragam pula.Pada penampang memanjang jalan ditarik garis perataan yang
merupakan as jalan yang akan digunakan dalam pngangkutan hasil hutan. Jumlah
titik profil yang terdapat pada pembuatan trace sebanyak 19 profil termasuk
titik A dan titik profil B dengan satu belokan .Skala trace yang digunakan
dalam kegiatan pembuatan jaringan jalan hutan ini adalah 1 : 2000. Jalan yang
dibuat memiliki panjang langsung sejauh 618,5 m. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan jaringan jalan ini
sebesar Rp.192.310.732,-
B.
Saran
Perencanaan awal dari pembuatan jaringan jalan hutan tentulah akan mempengaruhi
hasil akhir, untuk itu diperlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi
sehingga memperoleh hasil yang baik, ketelitian dalam menentukan trace
definitif adalah kunci keberhasilan
dalam pembuatan jaringan jalan.
Pada pembuatan
trace dengan daerah bertopografi harus memiliki skala yang tepat dan sesuai
dengan gambaran dilapangan, hal ini dimaksudkan agar ketelitian dalam
perhitungan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak terlalu menyimpang dari
keadaan yang sebenarnya.
Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Isa. 2003. Perencanaan Pembuatan Jaringan Jalan Hutan.
Fakultas Kehutanan Universitas tanjungpura Pontianak: Pontianak
Oka dan Suiji Kusumo, 1972, Pedoman Pembuatan Jalan Angkutan Hutan, Proyek
Asisten LPHH Perhutani: Jawa Timur.
Said,
Masnuri Ir, dkk. 1986. Eksploitasi Hutan. Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura: Pontianak
Sofyan.
1976. Dasar-Dasar Konstruksi Jalan Hutan, Pengantar KulturTeknis Bagian 1. Yayasan
Fahutan Universitas Gajahmada: Yogyagkarta.
Widodo,
Soegeng Ir. H. 2000, Prinsip dan Praktik Pemanenan Hutan di Indonesia.
Departememn Kehutanan dan Perkebunan
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53812(Di
unduh 27-11-2012)
Istiqamah, meilia.2011.Kualitas pembukaan wilayah hutan pada pengolahan hutan alam produksi
lestari di PT.INHUTANI 1 unit manajemen Sambarata, beras,KalTim.Fakultas
Institute Pertanian Bogor.
No comments:
Post a Comment